Rabu, 21 Desember 2016

SEJARAH BAHALWAN - ALY BAHALWAN DAN HOME INDUSTRY ROTI NAIRA

 Oleh : Washil Bahalwan


Aly bin Zein Bahalwan                       

Aly bin Zein Bahalwan lahir di Banda Naira 19 Muharram 1336 Hijriyah / 1914 Masehi. Pindah ke Surabaya pada tanggal 11 Rajab 1344 Hijriyah / 1922 Masehi bersama kedua orang tuanya. Pada umur 8 tahun 6 bulan 21 hari menjadi murid di Madrasah Al Ma'arif Islamiyyah yaitu sekolah yang didirikan Salim bin Abdurrahman Bahalwan. Edisi kali ini dimuat sebagian aktifitas Aly bin Zein Bahalwan dan mari kita simak bersama.

Aly bin Zein Bahalwan was born in Banda Naira on 19th Muharram 1336 H/ 1914. He moved to Surabaya on 11th Rajab 1344 H / 1922 with his parents. When he was 8 years old 6 month and 21 days, he was sent to study at Madrasah Al Ma'arif Islamiyyah (established by Salim bin Abdurrahman Bahalwan). This session would provide the activity of Aly bin Zein Bahalwan. Here it is.

Ketika kita mengikuti cerita Bahalwan dari mingu ke minggu,semakin kaya fariasi ceritanya dan mencakup berbagai bidang yang telah digeluti oleh keluarga Bahalwan. Yang hal itu bagi penulis mendorong terbukanya kemauan kuat untuk mengupas lebih dalam cerita Bahalwan dari berbagai sudut. Sehingga Bahalwan junior mendapatkan informasi yang cukup untuk memperdalam pengetahuan tentang Bahalwan. Dalam Melodi Perjalanan Abdul Aziez Bahalwan yang berjudul ”Doa,Cinta dan Harapan” dicuplik tentang Naira. Penulis tertantang untuk menelusuri lebih jauh apa itu Naira dan bagaimana kontribusinya terhadap keluarga Bahalwan.

Jiwa dagang keluarga Bahalwan bermula dari abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan baik ketika masih berada di Banda maupun setelah hijrah ke Surabaya. Beberapa bidang usaha pernah digeluti, termasuk ketika awal tahun 1930-an, abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan merintis home industry roti dengan merk”NAIRA”.yang selanjutnya diteruskan oleh ibu Ruqayah Baadilla. Di tangan ibu Ruqayah Baadilla dan dibantu oleh ibu Husna (ibu Ona), roti Naira mengalami perkembangan yang pesat. Roti Naira diproduksi di rumah bagian belakang di Jl. Nyamplungan VIII/10 Surabaya. Konon ceritanya roti Naira dikerjakan dengan penuh ketelatenan,kesabaran dan keikhlasan,sehingga rasanya mantap,empuk,tidak menggunakan bahan pengawet (alami).

Muncul pertanyaan, apa kaitan antara roti Naira, sepakbola dan masyarakat sekitar dimana roti itu diproduksi. Penulis memang tidak banyak mengetahui tentang roti Naira, akan tetapi dari berbagai sumber, penulis mendapatkan informasi yang lebih dari cukup tentang roti Naira ,olah raga dan masyarakat sekitar.                       

Nyamplungan Gang VIII Surabaya (Foto : 12 Januari 2015). Kampung yang menjadi saksi sejarah masa kecil Aly bin Zein Bahalwan dan tempat home industry ”Roti Naira”.                      

Olah raga khususnya sepak bola merupakan makanan sehari-hari bagi anak-anak jamaah. Hampir setiap hari baik di kampung maupun di sekolah,sepak bola menjadi menu utama. Termasuk bagi penulis yang menginjak remaja pada saat itu sekitar tahun 1980-an. Bersama dengan anak-anak kampung (Nyamplungan dan sekitarnya)  aktif berlatih sepak bola setiap Minggu pagi di DAL Ujung Surabaya di bawah komando Cak Neri. PS. Harimau adalah nama klub penulis yang waktu itu cukup disegani. Memang klub penulis adalah klub kampung,tetapi Cak Neri dalam mengelolanya tidak kampungan. Hal itu dibuktikan selesai latihan pasti para pemain dikumpulkan di depan rumah Cak Neri untuk evaluasi. (setelah mandi dan ganti pakaian terlebih dahulu).

Dalam evaluasi tersebut banyak hal dibicarakan. Mulai dari permainan,disiplin,atau hal-hal lain yang perlu dan tidak ketinggalan dalam kesempatan itu cak Neri selalu memotivasi pemain untuk menjadi lebih baik lagi di masa datang. Tidak segan-segan cak Neri memarahi pemain yang tidak serius. Menurut cak Neri sepak bola adalah permainan tim. Oleh karena itu setiap pemain punya tanggungjawab untuk bermain sungguh-sungguh dan memperhatikan arahan dari pelatih atau captain tim saat pertandingan. Disamping itu dalam evaluasi itu,juga digunakan untuk mengenal  lebih dekat kepribadian dan karakter para pemain,sehingga itu membantu di lapangan ketika melakukan pertandingan. Tiap pemain sudah tau keinginan tiap pemain,sehingga memudahkan dalam menerapkan strategi atau pola yang akan dijalankan. Cak Neri memang beda dalam memberikan motivasi. Cak Neri langsung memberikan contoh kongkrit berupa publik figur pemain sepak bola saat itu. Pemain yang sering diangkat untuk dijadikan contoh adalah ALY BAHALWAN dan Yek La. 

Sisi positif yang patut ditiru dari mereka berdua adalah, untuk Aly Bahalwan,yang sering disebut dengan Aly roti, karena ibunya adalah pemilik roti Naira, adalah penyerang klub An Nasher (cikal bakal Assyabaab). Aly Bahalwan merupakan penyerang yang sangat berbahaya,ia memiliki kemampuan lari yang cepat dan lihai dalam memainkan bola. Sehingga sangat ditakuti oleh pemain lawan,utamanya pemain belakang. Disamping itu di luar lapangan, Aly memiliki kepribadian yang baik,santun,bersahaja dan tidak sombong. Ia bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status sosial seseorang. Sedang untuk Abdulah Aljufri,biasa disebut Yek La dan penulis sering memanggil Beb La. Adalah seorang penjaga gawang Klub An Nasher yang hebat.

Jarang sekali lawan dapat menjebol gawang Yek La. Mengapa demikian ? Ternyata menurut cak Neri, Abdullah Aljufri mampu menjadi penjaga gawang hebat karena Yek La memiliki DRIJI (jari tangan) sak GEDANG-GEDANG (besar sekali),sehingga kuat sekali dalam menahan tendangan bola dari pemain lawan. Lompatan Yek La bagaikan harimau menerkam mangsanya, cepat sekali refleknya. Mendengar Cak Neri bercerita tentang Yek La,teman-teman termasuk penulis tertawa terpingkal-pingkal. Yek La orangnya tinggi dan gagah. Disamping itu Yek La mempunyai kepribadian yang hampir sama dengan Aly Bahalwan,tidak sombong,sederhana dan semangat untuk maju luar biasa. Keahlian lain Yek La adalah membuat HALWA. Makanan khas Arab Karena rumah Yek La berdekatan dengan penulis,ketika membuat Halwa baunya tertiup angin dan akhirnya masuk rumah. Memang enak sekali rasanya. 

Pada suatu hari selesai latihan, anak-anak berkumpul di depan rumah Cak Neri. Waktu itu anak-anak belum banyak yang datang. Dan penulis melihat Cak Neri sedang berbicara dengan seseorang yang asing bagi penulis,karena belum pernah melihat dan berkenalan. Orang tersebut memakai kaos putih berkrah, topi putih, berkacamata dan bersepeda pancal. Tidak disangka,cak Neri kemudian mengenalkan orang tersebut kepada penulis sbb :

Cak Neri : Din, anak ini, adalah adiknya Aly Bahalwan atau Aly roti.
Penulis : Ya, saya adiknya Aly Bahalwan. Namaku Washil Bahalwan.
Cak Neri : Ini adalah Pak Saridin,penjual roti keliling merk Naira milik Ibunya Aly Bahalwan.
Penulis : (Kaget,seolah tak percaya. Ketemu dengan orang yang menjual roti Naira).
Perbincangan belum selesai,tiba-tiba anak-anak datang semua. Maka Cak Neri menghentikan berbincangan dan mulai memberikan evaluasi. Praktis perkenalan penulis dengan Pak. Saridin juga berhenti sampai disitu.

Menurut sebuah sumber, pak Saridin dalam berjualan roti keliling merk Naira dilakukan dengan tanpa beban alias enjoi saja. Setiap pagi Pak saridin  dengan sepeda pancal kesayangannya mengambil roti di rumah produksi. Setelah dihitung berapa yang dibuat termasuk aneka rasa yang dibawah,berangkatlah Pak Saridin berkeliling. Pak saridin keluar masuk kampung untuk menawarkan roti Naira kepada calon pembeli. Dagangan pak saridin laku keras. Hal itu disebabkan karena memang roti Naira lain dari pada roti lainnya. Rasanya legit dan enak sekali. Disamping itu faktor Pak Saridin juga berpengaruh. Orangnya sopan, telaten dan sabar dalam melayani pembeli. Dengan lengkingan suara khas Pak saridin menawarkan rotinya, yaitu Wan... Roti Naira, Uenak tenaaan.. Wan... Roti Naira, Uenak tenaaan. Beberapa waktu kemudian, saat penulis berjalan di Jl. Nyamplungan (depan Gg. Ampel Mulia) tahun 1992 secara kebetulan bertemu kembali dengan Pak saridin dengan gayanya seperti dulu yaitu ditemani sepeda pancal kesayangannya . Penulis ngobrol sebentar dengan Pak saridin. Dan akhirnya kami meneruskan perjalanan masing-masing. Penulis sangat menyesal,karena dalam pertemuan tersebut tidak sempat bertanya dimana Pak Saridin sekarang bertempat tinggal. Muncul pertanyaan besar, dimana gerangan Pak Saridin berada ?  Penulis tidak tau pasti berapa tahun Pak saridin bekerja sebagai penjual roti keliling Naira. Penulis berdoa,jika Pak Saridin masih hidup (yang pasti sudah berusia lanjut),semoga tetap diberi kesehatan,panjang umur dan banyak rezeki. Hubungan Pak saridin sangat dekat dengan keluarga Bahalwan. Hubungan tersebut di bangun atas dasar saling percaya,menghormati dan menghargai serta saling membutuhkan satu dengan lainnya.                         

Untuk Bang Aly Bahalwan yang hoby sepak bola, ternyata menurun pada anaknya yaitu Rusdy Bahalwan. Bahkan Rusdy Bahalwan,kariernya melesat sampai menjadi pemain nasional dan juga pernah menjadi pelatih timnas PSSI. Walaupun demikian, baik Aly maupun Rusdy Bahalwan,tetap sederhana dan tidak neko-neko. Mereka bergaul dengan semua orang tanpa membedakan status sosial seseorang. Cak Neri, Miski, adalah contoh kecil,mereka-mereka yang dekat dengan keluarga Bahalwan. Karena saking akrabnya,setiap Aly dan Rusdy bermain ke Nyamplungan VIII/10,cak Neri dan Miski selalu bercengkerama bersama. Bahkan setiap Assyabaab atau Persebaya bertanding di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya,cak Neri dan Miski pergi ke Jl. Salak, rumah Aly Bahalwan untuk memintak karcis masuk stadion. Bahkan cak Neri dan Miski diberi kenang-kenangan oleh Rusdy Bahalwan ,berupa kaos dan sepatu bola. Senang sekali mereka berdua mendapatkan hadiah dari salah satu legenda sepak bola Indonesia.

Nama Aly roti ternyata lebih dikenal dari pada Aly Bahalwan. Bukan hanya di Surabaya tetapi sampai di luar kota.  Hal itu dibuktikan,ketika penulis berkunjung ke rumah Ali Affandi bin Syech Abubakar tahun 1998 di Pandaan – Pasuruan. Beliau bertanya kepada penulis :

Ali Afandi BSA : Antum,siapa ?
Penulis : Saya, Washil Bahalwan.
Ali Afandi BSA : Antum apanya Aly roti ?
Penulis : Saya adiknya Aly Bahalwan

Kemudian Ali Afandi BSA bercerita kepada penulis ”Saya dulu adalah pemain An Nasher bersama Aly Bahalwan. Aly berposisi sebagai sayap kanan dan saya (Ali Afandi BSA) sebagai sayap kiri. Ada ungkapan pada saat itu yang terkenal. Manakala bola dari Aly Bahalwan dioper ke Ali Afandi BSA, maka bola itu seolah-olah hilang artinya kecepatan larinya Ali Affandi sangat cepat. Ujung-ujungnya bola itu ditendang ke gawang dan masuk”. Demikian kata Ali Afandi BSA, sambil bersenda gurau mengenang peristiwa masa lalu.                                                                                                                                                                       
Siapa yang tidak kenal dengan klub Assyabaab. Sebuah klub sepak bola legendaris yang beralamat di kawasan Ampel Surabaya. Klub yang  banyak melahirkan pemain nasional. Diantara pemain nasional hasil binaan Assyabaab adalah : Rusdy Bahalwan, Abdul Kadir Subodro, termasuk Jaksen Tiago dll.  Keberadaan klub Assyabaab ternyata tidak dapat dipisahkan dengan Aly Bahalwan. Karena klub Assyabaab dulunya bernama An Nasher yang berdiri tahun 1930-an.

Dan dalam perjalanan selanjutnya nama An Nasher diganti menjadi Al-FAUZ yang artinya kemenangan. Namun tidak berumur lama,nama Al Fauz berganti nama lagi dengan nama baru yaitu ASSYABAAB pada tanggal 16 Juni 1948. Dipilihnya nama Assyabaab,berasal dari penyebutan  anak-anak muda Arab yang dipanggil dengan sebutan”SYABAAB”.yang artinya pemuda. Kata Assyabaab terdiri dari 9 bilangan angka yang merupakan bilangan tertinggi dan itu ,melambangkan superioritas.

Tercatat dalam akta pendirian Assyabaab adalah :Aly Bahalwan, Zein Bin Agil, Mochtar dan Ali salim. Karena nama Al Fauz tidak dipakai lagi sama Assyabaab, maka oleh cak Neri nama Al Fauz mau diambil untuk dijadikan nama baru dari PS. Harimau. Tetapi niatan tersebut tidak diizinkan Aly Bahalwan. Kata Aly bahalwan,PS. Harimau dak usah diganti dengan Al Fauz,nanti nyamai Assyabaab saja. Biarkan tetap PS. Harimau, keren dan ditakuti oleh tim lawan.

Cak Neri,orangnya totalitas dalam membina sepak bola. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bola. Dan dia tidak menikah sampai meninggal dunia. Boleh dikatakan cak Neri adalah manusia tiga jaman di keluarga Bahalwan. Yaitu era Aly Bahalwan,era Rusdy Bahalwan dan era Washil Bahalwan (si penulis). Cak Neri dikampung terkenal dengan sebutan Edy Neri atau cak Neri bongkok,karena fisiknya memang bongkok.

Masih banyak aktifitas Aly Bahalwan,selain sebagai pemain dan pendiri klub sepak bola,juga Aly Bahalwan pernah berdinas sebagai POLISI, Departemen Sosial, kantor PMI,Juru Dakwah dll. Untuk mendapatkan gambaran aktifitas Aly Bahalwan di luar sepak bola, InsyaaAllah akan dikupas pada edisi mendatang. Selamat menunggu.

Terimakasih untuk semuanya. Engkau telah mengajarkan pada penulis dan pembaca umumnya akan arti hubungan kekeluargaan yang dibangun atas dasar saling menghormati,menghargai dan membutuhkan. Indah sekali rasanya.                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar