Rabu, 21 Desember 2016

SEJARAH BAHALWAN - MELALUI KAPAL PERANG INGGRIS, ZEIN BAHALWAN MENYAMBUNG SILATURRAHIM

Oleh : Washil Bahalwan


Zein bin Abdurrahman Bahalwan-Penggagas Sejarah Bahalwan (1892-1981)

Yang pertama kali, penulis ucapkan rasa syukur kehadirat Allah سبحانه وتعالى. Atas segala nikmat, kesempatan dan kemudahan, sehingga usaha penulis untuk mengumpulkan bahan dan informasi tentang Bahalwan dalam berbagai dimensi berjalan dengan lancar. Yang kedua, penulis merasa beruntung memiliki abah yang sangat memperhatikan sejarah keluarganya. Banyak dokumen-dokumen penting keluarga yang ditulis dan disimpan dengan rapi. Hal ini menunjukkan bahwa abah penulis sudah berpikiran jauh ke depan akan pentingnya sejarah. Penulis serta junior Bahalwan sangat terbantu untuk menggali lebih dalam lagi tentang Bahalwan baik asal usulnya, hubungan kekerabatannya maupun lainnya.

Penulis senantiasa berdo’a kepada Allah سبحانه وتعالى, agar para pendahulu kita yang muhlisin diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di tempat yang baik yaitu Jannah-Nya. Aamiin. Mengapa demikian ? karena beliau telah berbuat dan berjasa untuk keluarga Bahalwan (mencari dan menyambung kembali tali silaturrahim diantara Bahalwan yang tersebar di belahan dunia).

Peristiwanya, dimulai ketika terjadinya perang dunia II, ketika saat itu Indonesia dijajah oleh Jepang (Nippon) melawan sekutu. Zein Bahalwan, abah penulis selalu berusaha dan mencari informasi. Apakah keluarga Bahalwan yang ada di Indonesia ini ada hubungan dengan keluarga yang ada di Hadramaut seperti yang ada dalam buku-buku tarikh ?

Ketika abah penulis berkenalan dengan Abdullah Baljun pada tahun 1943, disampaikanlah apa yang menjadi keinginannya untuk menjalin hubungan dengan keluarga Bahalwan di Hadramaut. Kemudian Abdullah Baljun mengatakan, "Saya orang Ghurfah dan bertetangga dengan Bahalwan." Senangnya bukan main abah penulis. Namun bagaimana cara menyambung tali silaturrahim ? sementara saat itu situasi dan kondisinya tidak mendukung situasi (perang).

Bersamaan dengan itu Kapal Perang Inggris yang sedang merapat di Tanjung Perak Surabaya,hendak kembali pulang ke Inggris. Komandan kapalnya menawarkan kepada jama’ah yang berasal dari Hadramaut dan sekarang tinggal di Surabaya, apabila mau pulang kembali ke Hadramaut dapat ikut kapal perang Inggris dengan GRATIS.

Tawaran menarik tersebut di sambut oleh jama’ah termasuk Abdullah Baljun. Maka beliau menemui kembali abah penulis dan menyampaikan bahwa beliau (Abdullah Baljun) hendak pulang ke Hadramaut ikut kapal perang Inggris. Abdullah Baljun meminta abah untuk menulis surat yang nanti akan disampaikan kepada tetangganya yaitu keluarga Bahalwan yang ada di Ghurfah-Hadramaut. Dengan senang hati, setelah abah penulis mendengar kabar tersebut, maka dipanggillah abang penulis, Ustadz Abdurrahman Bin Zein Bahalwan untuk menulis surat yang pada intinya isinya adalah menanyakan kabar apakah ada hubungan antara Bahalwan Indonesia dengan Bahalwan Hadramaut. Kebetulan abang penulis memiliki penguasaan bahasa Arab yang bagus.

Untuk tugas mulia tersebut, sekurang-kurangnya ada empat orang yang sangat berjasa, diantaranya adalah :
1. Zein Bin Abdurrahman Bahalwan (abah penulis)
2. Ustadz Abdurrahman Bin Zein Bahalwan (abang penulis )
3. Abdullah Baljun (si pembawa surat)
4. Karamah Bin umar Bahalwan di Aden-Hadramaut (yang membalas surat Bahalwan).

Abdullah Baljun (1908-1993), pengantar surat Zein Bin Abdurrahman Bahalwan kepada keluarga Bahalwan di Ghurfah Hadramaut.
 
Begitu Abdullah Baljun sampai di Ghurfah-Hadramaut, surat tersebut diserahkan kepada keluarga Bahalwan yang ada di Ghurfah. Dan untuk selanjutnya oleh keluarga Bahalwan Ghurfah, surat tersebut diserahkan kepada ahlinya yang mengetahui silsilah keluarga Bahalwan di Aden-Hadramaut, yaitu Karamah Bin umar Bahalwan. Setelah dipelajari surat dari Bahalwan Surabaya dengan cermat dan teliti, maka dikatakan oleh Karamah Bin umar Bahalwan, bahwa antara Bahalwan yang ada di Indonesia (termasuk Surabaya) ada hubungan darah/pertalian darah dengan Bahalwan Hadramaut.

Setelah itu Karamah Bin Umar Bahalwan membuat surat balasan yang ditujukan kepada Ustadz Abdurrahman Bahalwan tentang berita gembira tersebut dan dikirimkan via pos, tahun 1367 H / 1945 M. Oleh Ustadz Abdurrahman bin Zein Bahalwan surat balasan itu diberikan kepada abah penulis. Bukan main senangnya abah penulis (Zein Bahalwan), ketika surat balasannya datang dan isinya memang mengatakan ada hubungan antara Bahalwan Indonesia dan Bahalwan Hadramaut. Abah sangat bersyukur atas usahanya untuk menyambungkan kembali tali silaturrahim keluarga Bahalwan tanpa melihat tempat tinggal. Udara yang tadinya gelap gulita telah menjadi terang, karena ada lagi famili Bahalwan di Hadramaut.

Abah penulis (Zein Bahalwan), memang memiliki Damun (دم, yang dalam bahasa Arab artinya DARAH) yang kuat terhadap keluarga Bahalwan lainnya. Maksudnya abah penulis memiliki ikatan emosional yang kuat untuk terus mencari dan menghubungi Bahalwan dimanapun berada (jiwa silaturrahimnya luar biasa).  Abah selalu berucap syukur kepada Allah سبحانه وتعالى, karena usahanya dimudahkan dan doanya dikabulkan. Mulai ada titik terang untuk menindaklanjuti dengan usaha lain agar jalinan silaturrahim semakin baik dikemudian hari.

Penulis yakin dari surat yang dibuat oleh abah (Zein Bahalwan) dengan judul “Jalan Terbuka“, akan membawa pengaruh luar biasa sekaligus membangkitkan ikatan emosional untuk menyambung kembali Bahalwan semakin kuat dalam jiwa raga para Bahalwan. Harapannya Bahalwan semakin bersatu, kompak, dan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk kemaslahatan umat manusia. Apalagi era sekarang ini, era tehnologi, maka semakin terfasilitasi upaya mendeteksi Bahalwan dimanapun berada. Disamping itu, media silaturrahim,juga dapat dijadikan sarana untuk saling memberi dan menerima informasi tentang apapun dan untuk selanjutnya dapat dibagi ke keluarga Bahalwan lainnya.

Terima kasih Abah. Engkau pantas disebut sebagai penggagas sejarah Bahalwan Indonesia, sekaligus pelita keluarga dan perekat kerabat. Langkah Abah menyambungkan kembali Bahalwan, menjadi spirit kami yang junior untuk menggali lebih dalam lagi potensi dan kiprah Bahalwan. Untuk menunjang semakin terbukanya silaturrahim keluarga Bahalwan, maka surat asli yang ditulis oleh Abah, sengaja penulis terjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan, sepengetahuan penulis, beberapa Bahalwan ada yang bertempat tinggal di Jeddah, Madinah, Holland, Canada dan Sidney serta negara lainnya. Sehingga ikatan emosionalnya akan tetap terjalin kuat setelah membaca surat aslinya abah.

Fisik boleh terpisahkan oleh daratan dan lautan, akan tetapi ikatan jiwa raga dan emosional harus tetap terpatri untuk terus berkomunikasi demi kokohnya kekerabatan Bahalwan dimanapun berada dengan tetap menjunjung tinggi nilai Islam untuk kemaslahatan bersama.
Kenangan pernikahan anaknya Abdullah baljun yang bernama Yunus Bin Abdullah Baljun tahun 1968 di Bangil-Pasuruan. Dari kiri ke kanan : Abdullah Baljun no. 2, Yunus Baljun no. 3, dan Abdul Kadir Baljun (Abahnya Abdurrahman Baljun sekaligus mertua Najmah Binti Zein Bahalwan) berada no. 4 dari kiri.

Abdullah Baljun adalah seorang Arab Walaiti yaitu julukan untuk orang Arab asli Hadramaut-Yaman yang tinggal dan berkeluarga di Indonesia. Penulis pernah bertemu dengan beliau ketika pernikahan kakak penulis, Najmah binti Zein Bahalwan dengan keponakan beliau, Abdurrahman bin Abdul Kadir Baljun pada tanggal 30 Desember 1978 di rumah penulis, Jl. Nyamplungan VIII No. 69 Surabaya. Putra Abdullah Baljun yang akrab dengan penulis adalah Amak Baljun (berprofesi sebagai artis) yang menetap di Jakarta dan Yunus Baljun menetap di Bangil-Pasuruan. Abdullah Baljun tidak lama kemudian pindah ke Pekalongan dan meninggal disana tahun 1993 pada usia 85 tahun. Penulis berdoa semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan amal kebaikan beliau terhadap keluarga Bahalwan sebagai amal jariyah beliau. Aamiin.

 
JALAN TERBUKA

Catatan :
Zein bin Abdurrahman bin Muhammad Bahalwan

Adapun saya
selalu berusaha mencari
kalau-kalau ada sambungan
riwayatnya Al-Bahalwan
dalam buku-buku Tarikh.

Tetapi saya,
maka pada tahun 1943
dimasa kedudukan Nippon di Indonesia
disaat saya berkenal-kenalan
dengan Sdr Abdullah Baljun
baru terlihat ada jalan terbuka
seakan-akan udara yang gelap
telah mejadi terang
yaitu dengan lantaran Abdullah Baljun
barulah saya mendapat tahu
bahwa ada lagi Famili Bahalwan
di Hadramaut.

Beliau mengatakan, “Saya orang Ghurfah.
Rumah saya berdekatan dengan rumah Bahalwan.
Ada suara yang keras
dari orang perempuan di rumah Bahalwan
terdengar sampai di rumah saya.
Bahwa, kedudukan Bahalwan terhormat di Ghurfah,
jamaah yang turun dari Masjid
sehabis dari sembahyang Idul Fitri
pertama bikin awal di rumah Bahalwan dulu
baru ke rumah lainnya.
Tapi siapa itu
nama dari orang laki-laki Bahalwan disana
saya sudah lupa”.

Maka
setelah habis Perang Dunia Kedua
ketika Inggris mengajak akan bawa pulang ke Tanah Arab
kepada Bangsa Arab di Surabaya yang mau pulang,
boleh naik Kapal Perang Inggris.
Ketika Abdullah Baljun hendak berangkat ke Tanah Arab
diminta supaya saya menulis surat ke Hadramaut
kasih di tangannya.

Maka
saya menyuruh Abdurrahman bin Zein
menulis sepucuk surat kepada Al-Bahalwan di Ghurfah
menceritakan hal ihwal keadaan kita sekalian disini
dan minta balasan surat keterangan
dari turunannya mereka di Tanah Arab.

Maka
lewat beberapa waktu
dapatlah kita balasan surat
dari Karamah Bahalwan dari Aden
dengan panjang lebar ceritanya
dan terang
sebagaimana termuat
dalam isi surat Karamah itu.

Maka
Abdullah Baljun-lah
yang memperhubungkan silaturrahmi
diantara Kita Al-Bahalwan di Indonesia
dengan Al-Bahalwan di Hadramaut.

Maka
saya memujinya baik-baik
syukur kepada Allah سبحانه و تعالى
dan minta baik-baik terima kasih
kepada Sdr. Abdullah Baljun
yang mana pada waktu itu
ada berumah tangga   
di Ampel Tebasan di pinggir Madrasah Al-Khoiriyah


************
Dari tulisan/huruf Arab
Disalin kembali ke tulisan latin
Oleh :
Washil Bin Zein Bahalwan
pada tanggal 15 November 1995
************



THE OPEN WAY

by : Zein bin Abdurrahman bin Muhammad Bahalwan

Me
always try to find the light
to looking for if, perhaps, any information
about Al-Bahalwan
in some chronicle books

Then,
in 1943
when Indonesia was controlled by Japan
when I knew and in touched well with Mr. Abdullah Baljun
I realized that the light has just been existed

As if the dark atmosphere
turned into bright
he gave information that
there were Bahalwan Family lived in Hadramaut

He conveyed “I am an Ghurfah.
Live near to Bahalwan family.
I often hear a loud noise from Bahalwan lady
that come to my house.
Bahalwan have a good pride in Ghurfah
And the annual habit, after Eid prayer
people would visit Bahalwan house before visit other’s
Unfortunately, I forget their (Al-Bahalwan) names”.

Then
after world war II that
British people gave an offer to Arab in Surabaya
to return back home by their warship
And, when Abdullah Baljun was going to go to Hadramaut
He asked me to write a letter to Bahalwan overthere

Then
I asked Abdurrahman bin Zein
to write a letter for Al-Bahalwan in Ghurfah
tell them the circumstances in Indonesia
and asked them to reply by showing their ancestor

Then
after some time
we got the reply
from Karamah Bahalwan from Aden
with a very long and detail information on it

So
Abdullah Baljun that rebuild the relations
between Al- Bahalwan Indonesia and Hadramaut

Thus,
I thank Allah سبحانه وتعالى for this
and bunch of thanks to Mr. Abdullah Baljun
whose house at Ampel Tebasan next to Al-Khoiriyah Elementary School

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Translated from Arab to Bahasa
by : Washil Zein Bahalwan
at November 15th , 1995
and translated to English
by Yasmin Washil Bahalwan
at November 2nd , 2016
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *




 بسم الله الرحمن الرحيم

من مذكرة: زين بن عبد الرحمن بن محمد باحلوان


أما أنا فطالما بحثت في كتب التأريخ لعلني أجد روايات عن آل باحلوان، إلا أنه في عام ١٩٤٣ م، في عهد استيلاء اليابان على إندونيسيا، تعرفت على الأخ عبد الله بلجون، فظهر لي سبيل وأشرقت الأرض بنور ربها؛ فعن عبد الله بلجون عرفت عن آل باحلوان في حضرموت.


قال: ’’أنا من بلدة الغرفة، وداري قريبة من ديار آل باحلوان حتى قد تسمع أصوات نسائهم من داري‘‘ وقال: ’’إن منزلة آل باحلوان في حضرموت منزلة محترمة، و أن المصلين بعد قضاء صلاة عيد الفطر، كان أول بيت يزورونه بيت آل باحلوان. ثم استمروا إلى غيرهم بعد ذلك. ولكنني نسيت أسماء رجال آل باحلوان هناك ‘‘.


فبعد الحرب العالمية الثانية، إذ عرضت إنكلترا بأن تحمل على سفنهم كل من أراد العودة إلى حضرموت من العرب، تجهز عبد الله بلجون للعودة، وطلبت أن يبلغ رسالة مني إلى حضرموت. فطلبت من عبد الرحمن بن زين أن يكتب رسالة إلى آل باحلوان المستقرين في الغرفة، تحدثهم عن أحوالنا هنا، وتستفسر عن أحوال أبناء آل باحلوان في شبه الجزيرة العربية.


فمضى زمان فجاءنا كتاب من كرامة باحلوان من عدن، رسالة عريضة طويلة وواضحة حكت ما حكت كما في الرسالة التي من كرامة.


فعبد الله بلجون هو من أوصل الرحم بين آل باحلوان في إندونيسيا وأهلهم آل باحلوان في حضرموت، وإني أذكره بالخير وأحمد الله سبحانه وتعالى وأشكره وأسأله أن يشكر لي الأخ عبد الله بلجون الذي كان آنذاك يسكن في ’أمبيل تيباسان‘ بجوار المدرسة الخيرية.

**************

كتبه من الحروف العربية إلى الحروف اللاتينية : واصل بن زين باحلوان في ١٥ نوفمبر ١٩٩٥

وترجمه من اللغة الإندونيسية إلى اللغة العربية: صفي الله بن محمد بن عمر باحلوان في ١ نوفمبر ٢٠١٦



 
Surat balasan dari Karamah Bin Umar Bahalwan untuk Zein Bin Abdurrahman Bahalwan yang ditujukan kepada Ustadz Abdurrahman Bin Zein Bahalwan tahun 1367 H / 1945 M.

1 komentar:

  1. Salam mr Washil can you contact me plz I know some of al bahalwan contact me this is my email
    altayeb37@gmail.com

    BalasHapus